Rabu, 21 Januari 2009

TERNYATA DIRI INI BODOH

Belajar kepada kepada singa , akhirnya aku tahu tentang arti sebuah kekuatan dalam bertahan hidup .

Belajar kepada srigala ,akhirnya aku tahu tentang arti sebuah kebuasan dalam pertarungan .

Belajar kepada kura –kura , akhirnya aku tahu tentang arti sebuah rumah bagi kehidupan .

Belajar kepada katak , akhirnya aku tahu tentang arti sebuah celoteh kosong ternyata indah ditelinga .

Belajar kepada burung merak ,akhirnya aku tahu bahwa keindahan ragawi sering tak di imbangi dengan kecantikan jiwa .

Belajar kepada ular ,akhirnya aku tahu ternyata hidup itu penuh dengan kelicikan dan bisa yang mematikan .

Belajar kepada kerbau ,akhirnya aku tahu bahwa kebodohan dan taklid buta hanya membuat para tuan tertawa lebar .

Belajar kepada diri sendiri ternyata masih banyak kekurangan dan apabila di buka dihadapan makhlukNYA hanya ada rasa malu dan memalukan .

Ternyata aku harus banyak belajar kepada semua makhlukNYA agar aku menjadi kuat dan tegar untuk selalu melangkah melewati setiap penghalang jalanku .

Karena aku diciptakan untuk menjadi berguna bukan untuk menjadi sia – sia dan mati tanpa meninggalkan jejak perjuangan .

Tuk semua alam dan manusia aku berterima kasih atas setiap pelajaran yang telah kau berikan kepadaku , tanpa kalian aku buta akan jalan mana yang ku tempuh .

Kepada Allah SWT dan RasulNYA ,semoga hidayah ini tak akan menjadi sia – sia .

*berjuang dengan jiwa sendiri bukan dengan nyawa orang lain, berkorban dengan harta sendiri bukan harta orang lain (imam Hasan Albanna)*

Rabu, 14 Januari 2009

Jihad Fi Sabilillah

Jihad Fi Sabilillah

Saudaraku..... Jihad adalah berlelah – lelah mengerahkan segala kemampuan dan kepemilikan secara maksimal dalam menjadikan kalimat Alloh sebagai kedaulatan tertinggi dalam kehidupan manusia secara kaffah dengan berbagai marhalah yang harus ditempuhnya..

Marhalah jihad bisa dalam bentuk da`wah dan tarbiyyah, baik sirri maupun jahri bahkan bisa pula dalam bentuk qital atau pertempuran fisik, semua harus mengikuti syarat-syarat hukum taklifi dan wad`inya.

Saudaraku.....

Jihad adalah syari`at Alloh Subhanahu Wa Ta’ala yang merupakan bagian penting dari manifestasi aqidah Iman dalam wujud wala wal baro.

Alangkah besar dan agungnya faedah yang akan kita raih dalam menempuh syari`at yang agung ini, di antaranya :

1. Dengan Jihad, nyatalah siapa yang jujur dalam cintanya dan siapa yang berdusta. Dengan jihad, terbuktilah penghambaan diri seorang manusia kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.

2. Dengan jihad, tegak dan tersebar luaslah tauhid dan syari`at Islam.

Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ

تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Hai orang-orang yang beriman, sukakah kalian Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kalian dari azab yang pedih? (yaitu) beriman kepada Alloh dan Rosul-Nya dan berjihad di jalan Alloh dengan harta dan jiwa kalian, itulah yang lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahuinya, niscaya Alloh akan mengampuni dosa-dosa kalian dan memasukkan kalain ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kalian) ke tempat tinggal yang baik di surga 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia lain yang kalian sukai (yaitu) pertolongan dari Alloh dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.(QS. Ash shof [61]:10-13)

3. Dengan Jihad, kita akan terhindar dari adzab Aloh dan murkaNya di dunia dan di akhirat. Sehingga kaum muslimin hidup di bawah naungan kehidupan yang thoyyibah dan azizah bersih dari kerendahan kekafiran dan orang-orang kafir.

Rosululloh saw bersabda :

“Jika manusia sudah tergantung pada Dinar dan Dirham, berjual beli `inah (bisnis riba), mengikuti ekor-ekor kerbau serta meninggalkan jihad fi sabilllah, niscaya Alloh akan menurunkan balanya dan tidak akan diangkatNya sampai mereka kembali kepada agama mereka”. (Hr. Abu Daud : 3462, Ahmad : 2/27 dan dishohihkan oleh Al Albani dalam Shohih Sunan Abi Daud : 2956)

4. Para pejuang di medan jihad merupakan manusia paling lurus hidayah kebenarannya dan paling bahagia.

Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhoan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Alloh benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al `Ankabut [29]:69)

وَالَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَلَنْ يُضِلَّ أَعْمَالَهُمْ…

سَيَهْدِيهِمْ وَيُصْلِحُ بَالَهُمْ

Dan orang-orang yang gugur pada jalan Alloh, Alloh tidak akan menyia-nyiakan amal mereka. Alloh akan memberi pimpinan kepada mereka dan memperbaiki keadaan mereka. (QS. Muhammad [47]:4-5)

5. Jihad merupakan sarana terbesar untuk mentarbiyah jiwa dan mentazkiyahnya, baik dzohir maupun bathin.

Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لائِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kalian yang mutad dari agamanya, maka kelak Alloh akan mendatangkan suatu kaum yang Alloh mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah-lembut terhadap orang-orang mu'min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Alloh, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Alloh, diberikan-Nya kepada siapa yang dihendaki-Nya, dan Alloh Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Qsal maa-idah.{5}:54)

إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ

Sesungguhnya penolong kalian hanyalah Alloh, Rosul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan sholat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Alloh). (Qsal maa-idah.{5}:55)

وَمَنْ يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغَالِبُونَ

Dan barangsiapa mengambil Alloh, Rosul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Alloh itulah yang pasti menang. (QS. 5:56)

6. Dengan jihad, shof kaum muslimin akan diperteguh dan disatukan dalam bendera kemuliaan.

7. Untuk di akhirat saudaraku, cukuplah kita renungkan bagaimana Alloh Subhanahu Wa Ta’ala bercerita tentang apa yang akan mereka terima :

Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

وَلا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَفَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَيَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللَّهَ لا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَالَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِلَّهِ وَالرَّسُولِ مِنْ بَعْدِ مَا أَصَابَهُمُ الْقَرْحُ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا مِنْهُمْ وَاتَّقَوْا أَجْرٌ عَظِيمٌ

Janganlah kalian mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Alloh itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Robbnya dengan mendapat rizki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Alloh yang diberikan-Nya kepada mereka. dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka.

Bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Alloh, dan bahwa Alloh tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman

.(Yaitu) orang-orang yang menta'ati perintah Alloh dan Rosul-Nyasesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud).

Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan di antara mereka dan yang bertaqwa ada pahala yang besar. (QS. 3:169-172)

Semoga kita semua dijadikan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala sebagai bagian dari pada Rabbaniyyun Mujahidun fi Sabilillah.. Amiiin.

Sabtu, 10 Januari 2009

Simbol Persatuan

kita sebenarnya sudah tidak butuh partai islam lagi , sudah tidak butuh dengan harokah baru lagi ,tidak butuh ajaran baru lagi .
yang dibutuh kan umat islam saat ini adalah simbol persatuan umat , sosok yang dapat mempersatukan umat didalam keaneragaman dan keunikan masing - masing gerakan .
kita butuh sosok Moh . Natsir , Buya Hamka jendral Sudirman dan tokoh - tokoh yang mengabdikan dirinya untuk Islam .
kita butuh sosok yang dapat menjadi suri tauladan umat dan penyejuk hati ,pencerah pikiran disaat kerinduan jiwa akan sosok itu mendera - dera jiwa .
akankah hadir sosok yang akan mempersatukan kita kembali dalam irama dakwah yang sangat luar biasa alunannya seperti ketika Abu Musa Al - As'ary melantunkan bacaan Al -Qurannya .
kita rindu sosok Nabi Muhammad SAW yang ketika penaklukan mekkah berkata "pergilah kalian semua bebas".
ku berharap kerinduan ini bukan sekedar angan - angan belaka , karena umat sangant merindukan dia .
mungkin orang itu tak jauh dari kita .
apa mungkin anda orangnya..?
mungkin saja.......

* ditulis langsung di MP ,jadi apabila ada kesalahan mohon maaf *




Kamis, 08 Januari 2009

Kumunafikan, Musuh Dalam Selimut

Salah satu yang berperan untuk merusak dalam perang antara haq dan batil, perang antara Islam dan kufur adalah orang-orang yang mengklaim sebagai muslim dalam rangka untuk menghancurkan muslim dan umat muslim dari dalam. Spesifiknya ketika musuh-musuh tersebut memainkan peranan mereka dari dalam umat muslim karena mereka lebih berbahaya daripada musuh yang bersifat terbuka yang memang musuh (yaitu orang-orang kafir).

Apapun tekanan atau kekuatan dari orang-orang kafir atau dari komplotan mereka tidak pernah menyebabkan kerusakan terhadap kita seperti kerusakan yang berasal dari musuh yang berada dari dalam umat Islam. Sangat penting untuk memperhatikan apa yang Allah dan Rasul-Nya perintahkan kepada kita tentang bahaya mematikan dari musuh ini. Musuh yang tidak dapat ditahan dengan benteng pertahanan, yang berada dihadapan umat muslim, akan tetapi mereka berada di belakang benteng kita yang dengan mudah bisa menghancurkan kita.

Mereka datang kepada kita dengan nama dien atau mencoba untuk mengidentitaskan sama dengan kita dengan nama nasionalisme atau kesukuan, dengan nama aliran-aliran tersebut dan dengan nama persaudaraan muslim. Orang-orang tersebut menyebabkan kerusakan bagi kita dari dalam tubuh umat. Mereka dapat memberikan serangan terhadap budaya Islam dan identitas Islam, mereka dapat menghancurkan setiap bibit kebaikan dalam umat.

Musuh yang nyata bagi kita adalah musuh dari luar dan bukan musuh yang berasal dari dalam. Sebetulnya mereka (orang-orang kafir) telah mengetahui fakta bahwa mereka tidak akan pernah dapat mengalahkan kita secara langsung atau dengan kekuatan militer, mereka tidak dapat mengalahkan kita kecuali dari dalam.

Di masa lalu, beberapa kali kesempatan mereka mencoba memerangi kita secara militer, umat muslim tidak bisa dikalahkan. Dalam kenyataan yang kita temukan kita ternyata dapat dikalahkan dan fakta yang ada menunjukkan kekalahan tersebut dikarenakan serangan yang berasal dari dalam.

Ketika musuh mengetahui realita ini, mereka pergi ke orang-orang yang berada di tengah-tengah kita, yaitu orang-orang yang murtad, orang-orang munafiq, orang-orang sekuler, dll. Mereka adalah alat pemukul yang digunakan orang-orang kafir untuk menghancurkan kita dari dalam. Itulah kenapa musuh yang berada di luar kita tidak menginginkan berhadapan dengan kita secara langsung, akan tetapi justru mereka mulai mempercayakan kepada musuh kita dari dalam untuk memerangi kita.

Itulah kenapa kita berada pada posisi yang sangat berbahaya kecuali kalau kita mengambil sikap terhadap musuh yang berasal dari dalam ini. Kita lihat mereka, bagaimana mereka menjual agama mereka sendiri dan kehormatan mereka dengan harga yang sangat murah. Di masa lalu, Baatinis, Alqamis, Raafidis adalah musuh dari dalam. Musuh-musuh tersebut berasal dari orang-orang munafiq yang selalu mencoba menyebabkan kerusakan terhadap umat muslim. Kita lihat bagaimana mereka keluar dengan bangga dan bersuara dengan lantang menyuarakan pengkhianatan mereka. Mereka orang yang mendapat tanggapan baik dari orang-orang kafir, itulah sebabnya mereka menjadi orang yang mewakili kekufuran dan kesyirikan dan wakil dari orang-orang musyrik.

Kemunafikan

Orang-Orang Munafik

Kita memiliki banyak musuh dari dalam yaitu orang-orang yang murtad, orang-orang munafik, orang-orang sekuler dan atheis. Kita juga memiliki golongan-golongan yang menyimpang (meski pun kita tidak melihat banyaknya golongan yang menyimpang sebagai musuh seperti Ash’aris, Maturidis kecuali kalau mereka menjadi orang-orang yang munafik). Salah satu dari musuh-musuh tersebut adalah orang-orang munafik.

Jadi siapakah orang-orang munafik itu ? Sesungguhnya mereka memiliki banyak karakterisitk. Mereka adalah bentuk manusia yang memiliki kepribadian yang sangat komplek. Mereka mengenakan topeng dan hidup di antara umat muslim. Tujuan utama mereka adalah menghancurkan kesatuan muslim untuk menghancurkan umat dari dalam. Apapun yang mereka nyatakan dan apapun yang mereka tunjukkan kepada kita sesungguhnya mereka sesat, merupakan musuh, mereka menyebabkan penyimpangan dan kerusakan atas kehormatan dan kekayaan umat islam. Allah swt. telah menginformasikan kepada kita tentang orang-orang munafik, bagaimana kita kadang-kadang terkecoh oleh penampilan mereka, status mereka dan kepandaian mereka dalam berpakaian. Mereka berbicara tentang Islam akan tetapi menyebut semua kekufuran dan kesyirikan dalam pembicaraan mereka. Allah swt berfirman :

“dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang bersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah (musuh yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sempat dipalingkan dari kebenaran ?” (QS Al Munafiqun(63) : 4)

Mereka adalah musuh, orang yang kamu kagumi, mereka berbicara dan mencoba untuk meyakinkan kamu supaya berbuat kekufuran dan mereka akan mencoba meyakinkan kami untuk mematuhi Ratu (dan penguasa-penguasa murtad lainnya), untuk voting pada hukum buatan manusia, untuk berpartisipasi dalam demokrasi.

Allah memberi peringatan kepada kita bahwa mereka adalah musuh dan kita mesti berhati-hati terhadap mereka. Sesungguhnya orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka tiada satupun yang bisa menyesatkan; jika tidak ada Iman maka tidak ada Islam, sehingga seseorang tidak bermakna apa-apa melainkan di dalamnya terdapat kemunafikan yang menjadikannya kafir, adapun jika di sisi luarnya dia menunjukkan keislamannya, mereka menyatakan keimanannya akan tetapi dalam hati mereka kufur, maka ia adalah Fusuq dan Fujur.

Orang munafik adalah seseorang yang sisi luarnya tidak sama dengan apa yang ada di dalamnya. Kemunafikan dapat dibagi menjadi dua :

1. Nifaq Akbar

2. Nifaq Asghar

Nifaq Akbar adalah salah satu hal yang menyebabkan keluarnya seseorang dari Islam. Adapun Nifaq Ashgar tidak sampai menjadikan seorang kafir akan tetapi memiliki beberapa sifat dari kemunafikan. Kita lihat bagaimana musuh yang tidak dapat menyerang kita dengan berhadapan secara langsung (face to face). Itulah mengapa mereka selalu mencoba menyerang kita dari dalam, yaitu melalui orang-orang munafiq, yaitu orang yang secara publik menyatakan keislamannya akan tetapi dari sisi dalam atau dalam pribadi kehidupannya secara fakta ia adalah kafir.

Dia bukanlah mukmin sejati. Dia adalah seseorang yang tidak memiliki kehormatan, tidak memiliki karomah, tidak memiliki respek apapun namanya, dia adalah seseorang yang sangat berbahaya yang melawan umat muslim. Allah swt menggambarkan mereka dalam banyak ayat bahwa, “mereka adalah musuh yang nyata.” Allah swt. tidak mengatakan bahwa mereka adalah asisten dari musuh, tidak juga mengatakan bahwa mereka orang-orang yang berada di antara musuh, lebih dari itu Allah swt mengatakan bahwa mereka adalah musuh. Mereka berpikir bahwa mereka dapat menipu Allah swt dan orang-orang yang beriman, padahal sebenarnya mereka hanya menipu diri mereka sendiri. Allah swt berfirman :

“Mereka hendak menipu Allah swt dan orang-orang beriman, padahal mereka hanya menipu diri mereka sendiri sedang mereka tidak sadar.” (QS Al Baqarah(2) : 9).

Pertanyaan yang muncul, bagaimana kita bersikap terhadap mereka ? Khususnya ketika mereka menampakkan keislamannya sedangkan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah menghukumi setiap orang hanya dengan apa yang nampak. Perbuatan yang nampak dari orang-orang munafik adalah Islam, itulah mengapa mereka menjadi musuh yang sangat sulit untuk ditemukan.

Kita mengetahui bahwa mereka berada di neraka yang paling bawah akan tetapi bagaimana kita dapat mengenal mereka ? Bagaimana kita bersikap terhadap mereka ? Kita mengetahui bahwa kerusakan besar yang menimpa umat Islam di masa lalu selalu disebabkan oleh tangan-tangan orang munafiq, mereka adalah mayoritas perusak dalam negara Islam. Bahkan di masa Muhammad saw pun dan juga di masa Abu Bakar As Shidiq ra.

Di Masa Muhammad saw

Kita bisa melihat bagaimana penderitaan dan kerusakan yang mereka sebabkan atas umat ini. Kita bisa melihat pada masa Rasulullah Muhammad saw orang-orang munafiq aktif menyebabkan kerusakan atas umat muslim, mereka bahkan mendirikan sebuah masjid untuk menimpakan bahaya dan perpecahan umat muslim; mirip yang terjadi seperti saat ini. Kita melihat semua masjid-masjid dijadikan pos-pos untuk memata-matai umat muslim, untuk memecah belah mereka, untuk mempromosikan kekufuran dan kesyirikan serta menolak jihad dan syariah. Bahkan bangunan-bangunan yang disebut masjid tersebut syarat dengan hukum-hukum kufur yang mereka pegang, memata-matai umat muslim dan melaporkan siapa saja yang dicurigai kepada orang-orang kafir.

Di Masa Abu Bakar ra

Pada masa Abu Bakar ra, walaupun periode kekuasaannya sangat singkat sebagai khilafah, hukumnya sempat dirasakan oleh orang-orang munafiq, orang yang keluar untuk memberontak melawan khilafah.

Secara tiba-tiba mereka (orang-orang munafiq) tidak mau membayar zakat dan Abu Bakar memperlakukan mereka secara keras dan tidak meninggalkan ruangan bagi mereka untuk bernafas. Pada masa Rasullulah Muhammad saw, orang-orang munafiq sangat cemas/takut dan menyembunyikan tindakan mereka dan mengekspos mereka. Dalam surat At Taubah, Allah swt berfirman :

“Orang-orang yang munafiq itu takut akan diturunkan terhadap mereka sesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi dalam hati mereka. Katakanlah kepada mereka : ‘teruskan ejekan-ejekanmu (tehadap Allah dan Rasulnya)’ Sesunggguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti itu.” (QS At Taubah(9) : 64).

Itulah mengapa mereka menampakkannya pada masa Abu Bakar. Mereka menampakkannya karena mengetahui bahwa tidak akan ada lagi ayat-ayat yang turun (yang menerangkan dan mengekspos kemunafikan mereka). Jadi mereka menjadi berani dalam kekufurannya.

Kita harus mempelajari dan belajar kembali tentang apa yang Abu Bakar As Shidiq lakukan. Ketika mereka mulai menyatakan niatannya (orang-orang munafik keluar dan berkata) dengan perkataan : “kami tidak mau membayar zakat lagi sebab kami membayar zakat hanya kepada Rasul”. Abu Bakar melihat penyimpangan mereka yang menyebar luas kemana-mana dan dia (Abu Bakar) berkata : ”Demi Allah, saya akan memerangi siapa saja yang tidak menegakkan sholat dan zakat.”

Beliau (Abu Bakar) memerangi mereka di seluruh Jazirah Arab. Beliau mengambil kehidupan mereka, kekayaan mereka dan orang mereka. Beliau membunuh ribuan orang dari mereka dan mengambil kekayaan mereka dan keluarga mereka sebagai rampasan perang hingga mereka dibebaskan dan hingga mereka menyatakan bahwa kematian diantara mereka semua adalah mati jahiliyah dan masuk neraka.

Di Masa Umar Ibn Khattab

Pada masa Al Faruq, orang-orang munafiq mencoba lagi untuk menghancurkan umat muslim dari dalam. Salah seorang laki-laki yang dipanggil dengan Abu Lu’lu’a dan kaumnya datang kepada Umar dan menyatakan bahwa dia ingin memeluk Islam. Abu Lu’lu’a (relaitanya penyembah api) dan 2 orang lainnya menyatakan memeluk Islam kepada Umar Ibn Khattab, kemudian mereka mengkhianati Umar dan menikamnya dari belakang ketika Beliau sedang Shalat Fajr (Subuh).

Di Masa Utsman Ibn Affan Dan Ali Ibn Abi Thalib

rang-orang munafik adalah musuh dari dalam. Mereka gagal melawan Rasulullah saw, mereka mencoba melawan Abu Bakar akan tetapi gagal, mereka membunuh Umar Ibn Khattab dan pada masa Utsman mereka datang lagi. Mereka bergerak dimana-mana dalam sebuah organisasi yang baru, mereka mengatur pemeliharaan organisasi tersebut yang sebelumnya belum pernah mereka atur. Mereka mengikuti Abdullah Ibn Saba’ dan Ibnu Sauda’. Mereka mulai menyebarkan fitnah dan tanpa rasa malu dan takut, mereka secara publik mendeklarasikan bahwa Utsman telah berbuat salah, mereka menyebarkan kepalsuan dan kebohongan.

Orang-orang (munafiq) pada masa itu sama persis seperti apa yang kita dengan saat ini dari mereka. Itu disebakan karena kita tidak mengetahui bahwa mereka adalah orang munafiq. Oleh karena mereka bersuara dan dan kelihatan begitu mengagumkan. Mereka telah mermbunuh Utsman Ibn Affan ra dan darah Utsman tersebar dimana-mana bahkan sampai membasahi mushaf Utsman. Mereka orang-orang munafiq mentarget untuk menjangkau khalifah, orang yang memiliki pengaruh penting tehadap umat, orang yang wajib kita lindungi. Mereka menjangkaunya dari dalam umat muslim dan bahkan telah membuka pintu fitnah yang belum bisa dihentikan hingga saat ini.

Pada periode fitnah terjadi, orang-orang bertanya : “Siapa yang telah membunuh Utsman ?” Mereka ingin menghukum pembunuhnya. Mereka bahkan mengambil ceceran darah di baju Utsman sambil bertanya : ”Siapa pembunuh Utsman ?” Di antara mereka adalah Mua’awiyah Ibn Abu Sufyan, dia menjabat sebagai wali pada saat itu. Dia merasa sebagai wali dari Utsman karena masih keluarga dekat Utsman. Beberapa sahabat pergi dengan Mu’awiyah untuk mencari pembunuh Utsman, dia menyatakan Baraa’ atas pembunuh Utsman dan mengatakan bahwa mereka seharusnya menunggu sampai mereka menemukan pembunuhnya. Ini adalah fitnah yang disebabkan oleh orang-orang munafiq. Sahabat besar Rasul pun tidak selamat dari fitnah tersebut, bahkan juga mengenai Umar Ibn Khattab, Aisyah, Ali, Mu’awiyah (semoga Allah meridloi mereka semua).

Dalam periode fitnah ini semua sahabat yang haq dihasut oleh orang-orang munafiq akan tetapi Ali lebih dekat kepada haq. Ali berkata kepada Hasan, “Ayahmu berharap mati beberapa tahun yang lalu (sebelum terjadi fitnah)” Hasan berkata : “Kamu menggunakannya untuk melarangku untuk mengatakan sesuatu.” Beliau menjawab, “Saya tidak tahu tentang itu, buanglah jauh-jauh.”

Anda lihat bukan, betapa beratnya kerusakan yang disebabkan musuh dari dalam ummat ini ???

Di Masa Setelah Khulafa

Bahkan setelah masa khulafa, orang-orang munafik tidak dapat ditahan lagi, Ibnu Katsir meriwayatkan tentang orang-orang munafik.

Al Musta’sim Billah memiliki para pembantu (menteri) yang disebut Al Alqami. Ibn Al Alqami adalah seorang yang munafiq, Raafidi Ithna ‘ashari (orang-orang musyrik dari syi’ah memfitnah sahabat). Dia melakukan penyimpangan yang sangat besar tetapi dia menunjukkan kepada orang-orang bahwa dia adalah seorang laki-laki yang menegakkan sholat dan seorang yang sholeh. Dia adalah seorang yang menulis surat kepada Hulaqu (seorang raja dari orang-orang kafir). Dia menulis kepadanya : “saya membantumu untuk menaklukkan seluruh daerah Bahgdad dengan syarat kamu meruntuhkan khilafah umat muslim.”

Tidak seperti Allawi saat ini, mereka membantu orang-orang kafir untuk masuk ke negeri-negeri muslim guna memerangi orang-orang muslim. Kita melihat Raafidhah-taa’ifatu Syirki (sebuah golongan yang syirik, politeisme), orang-orang tersebut melakukan perzinahan dan kawin Mu’tah (pernikahan secara temporal). 99% dari apa yang mereka katakan adalah bohong dan 1% adalah Taqiyah (bentuk lain kebohongan dan kemunafikan, berkata dengan lisan apa yang tidak diimani dalam hati).

Setelah itu, Hulaqu datang ke Bahgdad untuk membantu musuh dari dalam. Orang-orang kafir masuk dan membunuh khalifah dan juga membunuh banyak kaum muslimin. Ibn Al Alqami berpikir bahwa dengan mengijinkan dan membantu orang-orang kafir unruk melakukan (pembunuhan) maka mereka dapat membersihkan sunni di Iraq dan menegakkan Negara Syi’ah, Negara Raafidi, dll. Dia berkomplot dan merencanakan melawan umat muslim. Dia menemui Khalifah dan menasehatinya untuk membebaskan 15.000 tentara pasukan. Dia menyatakan bahwa pembiayaan tentara sejumlah itu membutuhkan biaya yang tinggi, jadi tidak perlu untuk mempertahankan mereka. Dia terus berusaha membujuk Khalifah sampai kahalifah menyetujui sarannya untuk mengijinkan tentara pulang ke rumah mereka masing-masing. Setelah beberapa bulan Ibn Al Aqami kembali dan menyarankannya untuk membebaskan 20.000 tentara dan sekali lagi Khlaifah dengan bodoh mengambil/menuruti sarannya. Hal yang terburuk lagi yaitu Ibn Al Aqami secara pribadi memilih pejuang-pejuan (tentara) terbaik dan mengambil senjata-senjata mereka pula dari mereka serta memulangkannya.

20.000 tentara yang dia bebaskan setara dengan sejuta tentara Tar-Tar, sebab mereka berani dan siap untuk berperang. Ibn Al Aqami membebaskan lebih banyak tentara lagi hingga hanya tertinggal 10.000 orang laki-laki yang tersisa. Sekali lagi dia menyempurnakan konspirasinya. Dia menulis kepada Hulaqu dan menginformasikan kepadanya bagaimana keadaan Baghdad sekarang yang hanya memiliki tentara yang tidak lebih dari 10.000. Dia menginstruksikan kepadanya untuk datang dari arah utara Baghdad dan dia akan membagi tentara ke penjuru Selatan dan Timur.

Seperti Syi’ah di Baghdad saat ini, orang-orang munafiq di Iraq menginstruksikan kepada AS tentang bagaimana cara untuk masuk Iraq dan mengambil alih (menguasai) Iraq. Serupa dengan bangsa Tar-Tar yang datang dengan 300.000 tentara melawan 10.000 tentara umat Islam. Walau pun keadaan merugikan umat Islam, peperangan dilakukan secara ikhlas dan keras oleh umat muslim. Mereka berusaha untuk menangkap dan membunuh orang-orang kafir, sampai-sampai Ibn Al Aqami berpikir bagaimana Hulaqu bisa mengalahkan kaum muslimin. Dia berkata kepada mereka untuk memotong jalan air dan membuat banjir area tersebut untuk menghentikan para mujahidin dengan membuat lumpur yang dalam. Ibn Al Aqami adalah salah seorang pengkhianat yang menggunakan segala cara untuk menghancurkan umat muslim dari dalam. Hulaqu datang ke

Baghdad pagi-pagi sekali dan mulai membunuh para wanita, anak-anak orang tua, serta mereka memperkosa dan membunuh umat muslim. Pembunuhan masal Iraq, serupa dengan pembunuhan masal di Fallujah dan Basrah saat ini. Mereka mendatangi ruangan Khalifah dan tentara-tentaranya menghampiri Khalifah dan menendang Khalifah dalam tendanya dengan sepatu mereka hingga tulang-tulangnya patah. Lalu mereka naik ke atas kuda kemudian mereka menendang-nendangkan kudanya ke Kholifah hingga Kholifah meninggal.

Mereka tidak meninggalkan seorang pun untuk hidup. Mereka meneruskan pembunuhan mereka dan membakar segala sesuatu yang ada selama 40 hari, hingga tidak ada yang tersisa sedikitpun. Ibnu Katsir menggambarkan Bahgdad menjadi penuh dengan mayat hingga menimbulkan bau yang menyebabkan sulit untuk bernafas dan menyebabkan tersebarnya penyakit yang banyak menghantarkan kematian. Kemudian dinyatakan bahwa Bahgdad berada di bawah kontrol Tar-Tar, kekacauan terjadi dimana-mana, tidak ada seorang pun yang bisa mengenali saudaranya sendiri atau ibunya disebabkan tubuh-tubuh mereka semua sudah terpotong-potong sangat buruk dan membusuk.

Setelah semua berjalan lancar, hulaqu memanggil Ibn Al Alqami. Dia adalah seorang yang licik dan dia mengetahui orang yang munafik tidak dapat dipercaya. Dia berkata : “saya tidak melihat apapun yang layak untuk kerjasama denganku kecuali membunuhmu dengan cara yang sangat buruk.” Karena kemunafikannya, mereka menggantungnya dari arah kakinya kemudian setiap orang memotong tubuhnya dengan potongan-potongan dan itulah akhir dari nasib orang-orang munafik. Kejadian ini sama dengan yang dialami dengan kekhalifahan Utsmani dan kita bisa melihat mereka membuat makar lagi dan lagi, kita juga bisa melihat bagaimana mereka memerangi kita dengan bersekutu dengan kelompok utara untuk berperang melawan mujahidin di Afganistan.

Ketika kita berbicara dengan orang-orang munafik atau orang-orang murtad, kita berbicara tentang musuh dari dalam. Kecuali kalau kita mengambil sikap terhadap mereka karena kita berada pada posisi yang berbahaya. Kita memiliki tanggung jawab. Kita tidak dapat membiarkan mereka (orang-orang munafik) atau acuh tak acuh terhadap mereka; bahkan kita harus waspada terhadap mereka dan mengambil sikap terhadap mereka.

Tanda-tanda Munafiq

Kita mengetahui kemunafiqan dari tanda-tanda yang pasti dan kewajiban kita untuk mengungkapkan kemunafiqan. Perbuatan-perbuatan seseorang akan menyatakan apakah dia adalah seorang yang munafiq atau tidak, Allah swt. mengajarkan kepada kita bagaimana cara mengetahuinya, bagaimana memperlakukannya dan bagaimana memberikan peringatan kepada orang-orang tentangnya.

Salah satu dari tanda-tanda mereka adalah mereka tidak berani menyatakan realita pendiriannya ketika kaum muslimin sedang kuat atau memiliki kekuasaan, adapun jika kaum muslimin berada pada posisi yang sedikit dan lemah, mereka akan nampak begitu kuat dengan ide-ide mereka.

1. Ketika kaum muslimin lemah mereka berbicara tentang penyimpangan-penyimpangan mereka.

Semua orang-orang munafiq tidak pernah menampakkan permusuhannya secara publik di masa lalu, orang seperti Iqbal Sacranie (pimpinan Islam Liberal di London) tidak pernah menampakkan wajah mereka sebelumnya, kecuali hingga 9 Nopember. Setelah itu mereka semua menampakkan diri secara terbuka mengekspos diri mereka sendiri, mereka adalah salah satu dari apa yang difirmankan oleh Allah swt :

”Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (QS-Al Baqarah, 2;10 )

Mereka tidak berbicara benar: itulah kenapa jika kamu adalah seorang muslim, maka kamu harus menampakkan secara terbuka dan jelas tentang kebenaran, kamu tidak seharusnya diam, jika kamu berbuat demikian maka kamu akan nampak seperti orang yang munafiq walaupun kamu tidak demikian. Allah swt berfirman,

“Orang-orang munafiq laki-laki dan perempuan sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang mungkar dan melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah,maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafiq itulah orang-orang yang fasik.” ( QS.At Taubah(9) : 67 )

2. Jika orang-orang kafir berkuasa, mereka akan menampakkan (kemunafiqannya) dan mereka akan menyatakan kesetiaannya kepada orang-orang kafir dan bara’ (memusuhi) atas umat muslim, Allah swt. berfirman :

“( yaitu ) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin.” ( QS.An Nisaa’ ,4:139 )

3. Ketika orang-orang kafir berkuasa, mereka berkomplot melawan ummat muslim itulah salah satu sifat orang munafik yang nampak, disebabkan mereka berkuasa, mereka selalu menggunakan kekuasaannya itu untuk menyerang dan menimpakan bahaya atas umat muslim, Allah swt berfirman,

“Dan (diantara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin) dan karena kekafiran (nya), dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rosul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah :”Kami tidak menghendaki selain kebaikan.” Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta ( dalam sumpahnya) .” (QS.At Taubah(9) : 107 )

4. Mereka mengambil barang rampasan dari ummat muslim

Mereka mengambil kekayaanmu, mengambil masjid mu, mereka (orang-orang munafik) ingin mengambil semua yang kamu (muslim) miliki dan mereka akan melakukan apa saja untuk menguasaimu. Mereka bahkan menyatakan bahwa semua kejahatan yang mereka lakukan adalah untuk Islam “.Allah swt berfirman :

“(yaitu ) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu ( hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata :”Bukankah kami ( turut berperang ) beserta kamu ?” Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata :”Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang yang beriman ?” Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.” (QS.An Nisaa’(4) : 141)

5. Apabila ummat muslim mendapat kebaikan mereka akan bersedih dan apabila mereka mendapatkan serangan mereka akan sangat bergembira

Ketika orang-orang munafik menahan orang-orang muslim, ketika mereka menggerebek rumah-rumah kita maka mereka akan bahagia: akan tetapi ketika orang-orang munafik mendengar kemenangan para mujahid, dalam operasi Jihad dan juga mendengar orang-orang kafir terbunuh di Iraq atau Afghanistan maka mereka akan bersedih. Allah swt berfirman:

“jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertaqwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” ( QS.Ali Imran(3) : 120 )

6. Mereka akan selalu menyatakan kepadamu bahwa tidak ada Jihad

Mereka berharap untuk dapat menakut-nakuti orang-orang dan menempatkan para mujahid ditingkatan yang paling bawah (merendahkan mereka; mereka akan melaporkan para mujahid kepada orang-orang kafir dan menyerukan kepada yang lainnya untuk mengerjakan hal yang sama, jika kamu meminta mereka untuk datang ke medan jihad. Mereka tidak akan datang, dan jika perang, mereka tidak akan mendukung dan jika mereka mendukung maka mereka akan lari meninggalkan medan jihad, Allah swt berfirman,

“jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka akan bergegas maju ke muka di celah-celah barisanmu, untuk mengadakan kekacauan diantaramu; sedang diantara kamu ada orang-orang yang amat suka mendengarkan perkataan mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang zalim.” (QS.At Taubah(9) : 47 )

Mereka tidak ingin berperang dan mereka akan menyalahkanmu atas segala sesuatu yang terjadi. Allah swt berfirman,

“Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut berperang) itu, merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rosullulah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah dan mereka berkata :”Janganlah kamu berangkat (pergi berperang ) dalam panas terik ini “,Katakanlah :”Api neraka jahanam itu lebih sangat panas (nya )”, jikalau mereka mengetahui.” ( QS.At Taubah(9) : 81 ) 7.

7. Orang-orang munafik tidak ingin berhukum kepada Syari’ah Islam

Mereka hanya menginginkan berhukum kepada pengadilan Kufur dan itulah tanda yang kuat atas kemunafikannya. Mereka menolak syari’ah: mereka menolak hukum yang sesuai dengan Islam. Jika Syari’ah mengatakan untuk mengenakan khimar dan jilbab, melarang pergaulan bebas, melarang riba, melarang judi maka mereka akan menolak apa saja yang dikatakan oleh syari’ah, Allah swt menggambarkan mereka.

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? Mereka hendak berhakim kepada Thaghut, padahal mereka telah diperintah menghindari thaghut itu. Dan syaiton bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.” (QS.An Nisaa’ ,4:60 )

Perhatian Bagi orang-orang Munafiq

Ada beberapa tanda-tanda kuat (besar) dari orang munafik dan tanda-tanda lainnya: Bagaimanapun pertanyaan yang sering muncul adalah apa yang seharusnya kita lakukan terhadap mereka bagaimana kita memperlakukan mereka ?

  1. Kita seharusnya mengekspos mereka dan menjauh dari mereka

Baraa’ terhadap mereka. Kita seharusnya tidak memperbanyak jumlah mereka, Allah swt berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah kami terangkan kepadamu ayat-ayat (kami), jika kamu memahaminya. Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata :”Kami beriman “; dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kamu Katakanlah ( kepada mereka ) :” Matilah kamu karena kemarahanmu itu.” Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati.” ( QS.Ali Imran(3) : 118-119 )

Janganlah duduk bersama dengan mereka, janganlah bekerjasama dengan mereka, janganlah mendukung mereka atau memiliki kecenderungan terhadap mereka.

  1. Kita Seharusnya Menasehati Mereka

Kita seharusnya mengatakan kepada mereka bahwa mereka adalah orang-orang munafiq dan mengekspos mereka, Allah swt berfirman,

“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu daripada mereka dan berilah mereka pelajaran dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.” ( QS.An Nisaa’(4) : 63 ) Allah swt berfirman,

“ Sesungguhnya kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat.” ( QS.An Nisaa’ ,4:105 )

  1. Kita harus (tetap) mengingat bagaimana memperlakukan (bersikap) dengan mereka
Kita harus menghinakan/merendahkan mereka, tidak memperbanyak jumlah mereka, bahkan senantiasa meremehkan mereka dan merendahkan mereka. Nabi saw bersabda,
“ Janganlah mengatakan kepada orang-orang munafiq dengan perkataan Sayyid, karena perkataan Sayyid ini akan menyebabkan kamu mendapatkan kemurkaan Allah swt.”

Janganlah berkata kepada mereka dengan perkataan “saudara” atau “akhi”, katakana kepada mereka dengan perkataan “Munafiq!” jangan berkata kepada mereka dengan panggilan “Boss”, akan tetapi rendahkanlah mereka.

  1. Jangan pernah menshalatkan jenazah mereka jika mereka meninggal

Orang yang kamu ketahui bahwa dia adalah munafiq akan tetapi tidak murtad, maka jangan menshalatkan mereka dan jangan pergi kekuburannya.Allah swt berfirman,

“ Dan janganlah kamu sekali-kali menshalatkan (jenazah) seorang yang mati diantara mereka, dan janganlah kamu berdiri di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan mereka mati dalam keadaan fasik.” ( QS.At Taubah(9) : 84 )

  1. Kamu harus mampu memenuhi perintah Allah swt (dalam ayat di bawah ini)
“ Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafiq itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah neraka jahanam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya.” ( QS.At Taubah(9) : 73 )

Kamu seharusnya bersikap keras melawan mereka, membenci mereka, menyatakan permusuhan terhadap mereka, menjauhi mereka dan menyatakan bahwa mereka salah.

Orang-orang munafiq adalah musuh kita yang terburuk dan sangat berbahaya, kita harus waspada terhadap mereka dan senantiasa melindungi ummat dari ancaman bahaya yang berasal dari mereka, mereka adalah pengkhianat, orang yang sewaktu-waktu akan berkhianat terhadap kita jika ada kesempatan, kita harus menumbangkan kejahatan mereka yang pertama, kita harus meninggalkan mereka dan aqidah sekuler mereka; kita harus tidak bersekutu/ berteman dengan mereka dan berada dalam organisasi mereka, kita harus menahan diri untuk bekerjasama dengan mereka dan dalam acara penguburan mereka.

Mereka adalah orang-orang yang memakai pakaian yang bagus dan tampak sebagai seorang yang sukses, mereka akan memperlihatkan kekayaan mereka dan kepandaian bicara mereka. Mereka akan memerintahkan kepada perbuatan yang buruk seperti pergulan bebas, asuransi, penggadaian, voting untuk hukum buatan manusia, dan berpartisipasi politik dan mereka akan menggunakan samaran bahkan dengan topeng “Islam”.

Mereka akan melarang kamu untuk berbuat baik, mereka akan melarang Da’wah dan menyalahkan Da’i, mereka akan menyerang jihad dan melabeli para Mujahid. Mereka akan merayakan dan menyatakan kegembiraan ketika para da’i dan para mujahid ditahan.

Sesungguhnya pemandangan-pemandangan tersebut sering kita jumpai, kita ingat pengajaran dari apa yang dilakukan orang-orang kafir seperti peristiwa kolaborasi mereka dengan orang-orang kafir untuk menyerang dan melanggar (kehormatan) rumah Allah di Finsbury Park (London), kita masih ingat bagaimana mereka bergembira ketika Syeikh Abu Hamza, Syeikh Abu Qatadah, Syeikh Faisal dan juga banyak ulama lainnya yang ditahan, kita lihat bagaimana mereka memerintahkan ummat muslim untuk voting bagi partai-partai kufur dalam pemilu dan bahkan mengancam orang-orang yang menolak untuk voting dengan dosa.

Musuh-musuh dari dalam tersebut harus kita waspadai, kita harus membentengi diri dari mereka dan kita harus memboikot mereka dan memberikan peringatan kepada ummat atas bahaya mereka sebelum mereka menyerang kita dengan serangan yang besar seperti yang terjadi di masa lalu kepada ummat muslim.

Ya Allah ! Lindungilah kami dari nifaq dan orang-orang munafiq

http://almuhajirun.com

Apkah Kami Khawarij?

Sumber : -

Syeikh ‘Umar ‘Abdur Rahman berkata:

Sehingga sebagaimana untuk Khawarij, Ulamaa’ telah menjelaskan bahwa mereka adalah salah satu yang memberontak melawan Imam yang benar (Al-Imam Al Haq), dan mereka secara terbuka tidak taat kepadanya, dan mereka bersekongkol melawannya – maka dimanakah Imam yang benar saat ini, yang bisa (paling berhak) memberikan label kepada seseorang yang memberontak melawannya sebagai seorang ‘Khawarij’ ?

Dimanakah ‘Ali bin Abi Thalib hari ini?!

Dan jika kita Khawarij, maka siapakah kamu (wahai para rezim dan wahai Ulama yang loyal kepada mereka)?! Apakah kalian ‘Ali dan Shahabat-shahabatnya?!

Dan apakah ‘Ali r.a. mengambil hukum kekuasaannya dari Legislasi (undang-undang) orang Persia dan orang-orang Roma ?!

Apakah dia memerintah berdasarkan pada “Sosialisme” dan “demokrasi”? Atau dia adalah seorang penyeru “nasionalisme” dan “kedamaian sosial” ?

Atau pernahkah ‘Ali bersekutu dan mendukung Yahudi?!

Atau pernahkah ‘Ali meninggalkan Hudud dari Allah dan mengimplementasikan hukuman yang tidak pernah Allah kirimkan ke muka bumi ini? Atau dapatkah itu dikatakan menyeru untuk merapakan Khilafah, sebuah kejahatan yang tidak bisa dimaafkan?!

Atau pernahkah ‘Ali berperang melawan kesucian dan kemurnian, menyeru kepada “kebebasan” wanita dan untuk membiarkan wanita bebas untuk melakukan perjalanan?!

Atau apakah ‘Ali salah satu orang yang telah memisahkan Al- Qur’an kedalam bagian-bagian (yaitu mengimani sebagian dan mengkufuri sebagian)? Mereka yang mengatakan: “Tidak ada Islam dalam politik, dan tidak ada politik dalam Islam”?!

Dan yang telah dimaafkan Imam ‘Ali r.a. beliau sama sekali tidak pernah melakukan semua itu. Tetapi dia yang paling ingin menerapkan hukum Allah, dan memerintah dengan Kitab Allah, serta Sunnah Rasul-Nya Saw.. Kemudian tidak ada keraguan, bahwa seseorang yang memberontak melawan Al Imaam Al ‘Adil dia benar-benar seorang Khawarij.

Sebagaimana untuk seseorang yang melakukan semua kebatilan ini yang telah kami sebutkan – maka seseorang yang memberontak melawan seorang penguasa (yang tidak melaksanakan hukum Islam) bukanlah seorang Khawarij; tetapi dia adalah seorang Muslim, seorang Mu’min, seorang Muttaqi (bertaqwa).

Sabtu, 03 Januari 2009

Muharram Muram di Gaza

Kepedulian Kita

Seringkali, jika masyarakat muslim di Indonesia diajak memikirkan nasib bangsa Palestina, muncul ungkapan, “Mengapa sih kita harus memikirkan mereka ?”. “Bukankah, permasalahan dalam negeri kita masih banyak ... ? Pengangguran di mana-mana, kemiskinan, kebodohan, hingga masalah Pemilu 2009, bukankah itu harusnya lebih penting kita fikirkan, dari pada masalah Palestina di ujung dunia sana ... ?” Demikian biasanya ungkapan sebagian masyarakat Indonesia saat diajak berbicara tentang Palestina.

Memang, permasalahan dalam negeri kita sangat banyak. Namun, tidakkah kita menyadari, bahwa sesungguhnya permasalahan dalam negeri kita --yang sangat banyak itu-- amat dipengaruhi oleh masalah yang terjadi di luar negeri. Sejatinya, hari ini kita seperti hidup dalam satu kampung yang besar. Dimana satu rumah tangga dengan yang lainnya saling berhubungan.

Saat terjadi krisis BBM di negeri kita, dan semua harga barang melonjak naik, tidakkah kita menyadari bahwa itu akibat serangan Amerika ke Irak dan Afganistan... ? Saat harga BBM berkali-kali juga turun di negeri ini dan ramai-ramai pabrik di negeri ini gulung tikar, tidakkah pula kita menyadari bahwa itu akibat ekonomi Amerika yang kolaps setelah gagal di Irak ..? Jadi, tidak ada satu kejadian pun di luar sana yang tidak berpengaruh dengan kondisi di dalam negeri kita.

Apalagi, kali ini masalah Palestina. Seluruh pengamat dan peneliti masalah Internasional sepakat, bahwa akar dari seluruh konflik Internasional di dunia ini adalah Palestina. Seluruh peperangan yang terjadi selama satu abad terakhir ini, jika ditarik benang merahnya, berasal dari masalah penjajahan Israel kepada bangsa Palestina yang tidak kunjung selesai. Sehingga jika kita ingin meraih perdamaian dunia yang abadi, jalan keluar yang harus dtempuh mula-mula adalah, mengakhiri penjajahan Israel.

Itulah alasan secara geo-politik, mengapa kita harus peduli terhadap Palestina.

Alasan secara keagamaan, lebih jelas lagi. Bangsa Palestina adalah muslim. Dan setiap muslim adalah bersaudara. Tak peduli apa ras, suku dan bahasa mereka. Selama mereka muslim, mereka adalah saudara kita yang berhak mendapatkan hak-hak ukhuwwah (persaudaraan) dari kita. Karena bagi setiap muslim, keterikatan yang terbangun bukanlah karena keterikatan bangsa, suku, ras, kelompok, partai, ormas dan sejenisnya. Keterikatan kita adalah keterikatan aqidah.

Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya seorang mu’min bagi mu’min yang lain seperti satu bangunan utuh. Satu dengan yang lainnya saling menguatkan.” (Hadits shahih riwayat Imam Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i dan Ahmad)

Sehingga, apa yang menimpa saudara kita yang lain, semestinya ikut pula kita rasakan. Bahkan, Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam mengancam orang-orang yang tidak peduli dengan permasalahan kaum muslimin sebagai bukan bagian dari ummat Islam. (Hadits riwayat Imam al-Hakim dalam kitab al-mustadrok ala shohihayn)

Untuk itu, marilah kita renungkan baik-baik, bait-bait puisi yang pernah di tulis oleh Taufiq Ismail di tahun 1989. Saat gerakan Intifadhah mula-mula digaungkan oleh para pemuda Palestina. Semoga, puisi ini dapat membangkitkan semangat persaudaraan kita.

PALESTINA, bagaimana bisa aku melupakanmu ? (karya Taufik Ismail, 1989)

Ketika rumah-rumahmu diruntuhkan bulldozer dengan suara gemuruh menderu, serasa pasir dan batu bata dinding kamartidurku bertebaran di pekaranganku, memercikkan peluh merah dan mengepulkan debu yang berdarah.

Ketika luasan perkebunan jerukmu dan pepohonan apelmu dilipat lipat sebesar saputangan lalu di Tel Aviv dimasukkan dalam fail lemari kantor agraria, serasa kebun kelapa dan pohon manggaku di kawasan khatulistiwa, yang dirampas mereka

Ketika kiblat pertama mereka gerek dan keroaki bagai kelakuan reptilia bawah tanah dan sepatusepatu serdadu menginjak tumpuan kening kita semua, serasa runtuh lantai papan surau tempat aku waktu kecil belajar tajwid Al-Qur’an 40 tahun silam, di bawahnya ada kolam ikan yang air gunungnya bening kebiru-biruan kini ditetesi .......... air mataku,

Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu

Ketika anak-anak kecil di Gaza belasan tahun bilangan umur mereka, menjawab laras baja dengan timpukan batu cuma, lalu dipatahi pergelangan tangan dan lengannya, siapakah yang tak menjerit serasa anak-anak kami Indonesia jua yang dizalimi mereka tapi saksikan tulang muda mereka yang patah akan bertaut dan mengulurkan rantai amat panjangnya, pembelit leher lawan mereka, penyeret tubuh si zalim ke neraka.

Ketika kusimak puisi-puisi Fadwa Tuqan, Samir Al-Qassem, Harun Hashim Rashid, Jabra Ibrahim Jabra, Nizar Qabbani dan seterusnya yang dibacakan di Pusat Kesenian Jakarta, jantung kami semua berdegup dua kali lebih gencar lalu tersayat oleh sembilu bambu deritamu, darah kami pun memancar ke atas lalu meneteskan guratan kaligrafi

“Allahu Akbar!”

dan ... “Bebaskan Palestina”

Ketika pabrik tak bernama 1000 ton sepekan memproduksi dusta, menebarkannya ke media cetak dan elektronika, mengoyaki tenda-tenda pengungsi di padang pasir belantara, membangkangi resolusi-resolusi majelis terhormat di dunia, membantai di Shabra dan Shatila, mengintai Yasser Arafat, Ahmad Yassin dan semua pejuang negeri anda, akupun berseru kepada khatib dan imam shalat jum’at sedunia, doakan kolektif dengan kuat seluruh dan setiap pejuang yang menapak di jalan-Nya, yang ditembaki dan kini dalam penjara lalu dengan kukuh kita bacalah

“La quwwata illa bi-Llah!”

Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu.

Tanahku jauh, bila diukur kilometernya beribu-ribu. Tapi azan Masjidil Aqsha begitu merdu. Serasa terngiang-ngiang di telingaku.

Penutup

“....Yang mati ditikam sudah banyak, yang mati kena narkoba melimpah, yang mati kebut-kebutan kecelakaan lalulintas sudah banyak. Indonesia bertanya, siapa yang mati dengan seni kematian yang paling indah? Seni kematian yang paling baik adalah mati membela ajaran Allah, membela mereka yang tertindas dan teraniaya. Mungkin banyak yang ngeri dengan istilah tadi. Sekedar berjalan kaki dari HI kemari (ke depan kedubes AS) belum berarti apa-apa. Tetapi ini akan jadi sangat berarti bagi saudara-saudara kita di Paletina. Tahukah saudara-saudara sekalian?! Di tengah derita mereka, hidup bertahun-tahun ditenda dan rumah-rumah darurat, ternyata saudara-sadara kita di Palestina masih sempat mengirimkan sumbangan untuk saudara-saudara kita di Aceh (korban gempa dan Tsunami) kemarin. Karena yang bisa memahami derita adalah orang yang sama –sama menderita, oleh karena itu walaupun kita tidak dalam derita seharusnya punya kepekaan, punya kepedulian dan punya hati yang halus dan lembut untuk bisa mendengar rintihan suara anak –anak di Palestina....”. (Pidato Ustadz Rahmat Abdullah Allahuyarham, saat aksi damai “SELAMATKAN AL AQSHA”, Ahad, 17/4/2005)

Selanjutnya, marilah kita bacakan Qunut Nazilah dan do’a untuk saudara-saudara kita di Palestina. Kita bantu perjuangan mereka dengan apapun yang kita mampu. Dan berdo’alah, semoga tragedi ini menjadi awal kehancuran Israel (la’natuLlah alayhim) dan jalan bagi kemenangan ummat Islam. Sehingga adzan dapat kembali berkumandang di masjidil Aqsha dan kita dapat menunaikan shalat berjama’ah di sana. Di kiblat pertama ummat Islam. Amiin ...

WaLlahu a’lam bish showwab

Citeureup, 29 Desember 2008

Muhammad Setiawan(Murobbiku)

Muharram Muram di Gaza

Kepedulian Kita

Seringkali, jika masyarakat muslim di Indonesia diajak memikirkan nasib bangsa Palestina, muncul ungkapan, “Mengapa sih kita harus memikirkan mereka ?”. “Bukankah, permasalahan dalam negeri kita masih banyak ... ? Pengangguran di mana-mana, kemiskinan, kebodohan, hingga masalah Pemilu 2009, bukankah itu harusnya lebih penting kita fikirkan, dari pada masalah Palestina di ujung dunia sana ... ?” Demikian biasanya ungkapan sebagian masyarakat Indonesia saat diajak berbicara tentang Palestina.

Memang, permasalahan dalam negeri kita sangat banyak. Namun, tidakkah kita menyadari, bahwa sesungguhnya permasalahan dalam negeri kita --yang sangat banyak itu-- amat dipengaruhi oleh masalah yang terjadi di luar negeri. Sejatinya, hari ini kita seperti hidup dalam satu kampung yang besar. Dimana satu rumah tangga dengan yang lainnya saling berhubungan.

Saat terjadi krisis BBM di negeri kita, dan semua harga barang melonjak naik, tidakkah kita menyadari bahwa itu akibat serangan Amerika ke Irak dan Afganistan... ? Saat harga BBM berkali-kali juga turun di negeri ini dan ramai-ramai pabrik di negeri ini gulung tikar, tidakkah pula kita menyadari bahwa itu akibat ekonomi Amerika yang kolaps setelah gagal di Irak ..? Jadi, tidak ada satu kejadian pun di luar sana yang tidak berpengaruh dengan kondisi di dalam negeri kita.

Apalagi, kali ini masalah Palestina. Seluruh pengamat dan peneliti masalah Internasional sepakat, bahwa akar dari seluruh konflik Internasional di dunia ini adalah Palestina. Seluruh peperangan yang terjadi selama satu abad terakhir ini, jika ditarik benang merahnya, berasal dari masalah penjajahan Israel kepada bangsa Palestina yang tidak kunjung selesai. Sehingga jika kita ingin meraih perdamaian dunia yang abadi, jalan keluar yang harus dtempuh mula-mula adalah, mengakhiri penjajahan Israel.

Itulah alasan secara geo-politik, mengapa kita harus peduli terhadap Palestina.

Alasan secara keagamaan, lebih jelas lagi. Bangsa Palestina adalah muslim. Dan setiap muslim adalah bersaudara. Tak peduli apa ras, suku dan bahasa mereka. Selama mereka muslim, mereka adalah saudara kita yang berhak mendapatkan hak-hak ukhuwwah (persaudaraan) dari kita. Karena bagi setiap muslim, keterikatan yang terbangun bukanlah karena keterikatan bangsa, suku, ras, kelompok, partai, ormas dan sejenisnya. Keterikatan kita adalah keterikatan aqidah.

Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya seorang mu’min bagi mu’min yang lain seperti satu bangunan utuh. Satu dengan yang lainnya saling menguatkan.” (Hadits shahih riwayat Imam Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i dan Ahmad)

Sehingga, apa yang menimpa saudara kita yang lain, semestinya ikut pula kita rasakan. Bahkan, Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam mengancam orang-orang yang tidak peduli dengan permasalahan kaum muslimin sebagai bukan bagian dari ummat Islam. (Hadits riwayat Imam al-Hakim dalam kitab al-mustadrok ala shohihayn)

Untuk itu, marilah kita renungkan baik-baik, bait-bait puisi yang pernah di tulis oleh Taufiq Ismail di tahun 1989. Saat gerakan Intifadhah mula-mula digaungkan oleh para pemuda Palestina. Semoga, puisi ini dapat membangkitkan semangat persaudaraan kita.

PALESTINA, bagaimana bisa aku melupakanmu ? (karya Taufik Ismail, 1989)

Ketika rumah-rumahmu diruntuhkan bulldozer dengan suara gemuruh menderu, serasa pasir dan batu bata dinding kamartidurku bertebaran di pekaranganku, memercikkan peluh merah dan mengepulkan debu yang berdarah.

Ketika luasan perkebunan jerukmu dan pepohonan apelmu dilipat lipat sebesar saputangan lalu di Tel Aviv dimasukkan dalam fail lemari kantor agraria, serasa kebun kelapa dan pohon manggaku di kawasan khatulistiwa, yang dirampas mereka

Ketika kiblat pertama mereka gerek dan keroaki bagai kelakuan reptilia bawah tanah dan sepatusepatu serdadu menginjak tumpuan kening kita semua, serasa runtuh lantai papan surau tempat aku waktu kecil belajar tajwid Al-Qur’an 40 tahun silam, di bawahnya ada kolam ikan yang air gunungnya bening kebiru-biruan kini ditetesi .......... air mataku,

Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu

Ketika anak-anak kecil di Gaza belasan tahun bilangan umur mereka, menjawab laras baja dengan timpukan batu cuma, lalu dipatahi pergelangan tangan dan lengannya, siapakah yang tak menjerit serasa anak-anak kami Indonesia jua yang dizalimi mereka tapi saksikan tulang muda mereka yang patah akan bertaut dan mengulurkan rantai amat panjangnya, pembelit leher lawan mereka, penyeret tubuh si zalim ke neraka.

Ketika kusimak puisi-puisi Fadwa Tuqan, Samir Al-Qassem, Harun Hashim Rashid, Jabra Ibrahim Jabra, Nizar Qabbani dan seterusnya yang dibacakan di Pusat Kesenian Jakarta, jantung kami semua berdegup dua kali lebih gencar lalu tersayat oleh sembilu bambu deritamu, darah kami pun memancar ke atas lalu meneteskan guratan kaligrafi

“Allahu Akbar!”

dan ... “Bebaskan Palestina”

Ketika pabrik tak bernama 1000 ton sepekan memproduksi dusta, menebarkannya ke media cetak dan elektronika, mengoyaki tenda-tenda pengungsi di padang pasir belantara, membangkangi resolusi-resolusi majelis terhormat di dunia, membantai di Shabra dan Shatila, mengintai Yasser Arafat, Ahmad Yassin dan semua pejuang negeri anda, akupun berseru kepada khatib dan imam shalat jum’at sedunia, doakan kolektif dengan kuat seluruh dan setiap pejuang yang menapak di jalan-Nya, yang ditembaki dan kini dalam penjara lalu dengan kukuh kita bacalah

“La quwwata illa bi-Llah!”

Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu.

Tanahku jauh, bila diukur kilometernya beribu-ribu. Tapi azan Masjidil Aqsha begitu merdu. Serasa terngiang-ngiang di telingaku.

Penutup

“....Yang mati ditikam sudah banyak, yang mati kena narkoba melimpah, yang mati kebut-kebutan kecelakaan lalulintas sudah banyak. Indonesia bertanya, siapa yang mati dengan seni kematian yang paling indah? Seni kematian yang paling baik adalah mati membela ajaran Allah, membela mereka yang tertindas dan teraniaya. Mungkin banyak yang ngeri dengan istilah tadi. Sekedar berjalan kaki dari HI kemari (ke depan kedubes AS) belum berarti apa-apa. Tetapi ini akan jadi sangat berarti bagi saudara-saudara kita di Paletina. Tahukah saudara-saudara sekalian?! Di tengah derita mereka, hidup bertahun-tahun ditenda dan rumah-rumah darurat, ternyata saudara-sadara kita di Palestina masih sempat mengirimkan sumbangan untuk saudara-saudara kita di Aceh (korban gempa dan Tsunami) kemarin. Karena yang bisa memahami derita adalah orang yang sama –sama menderita, oleh karena itu walaupun kita tidak dalam derita seharusnya punya kepekaan, punya kepedulian dan punya hati yang halus dan lembut untuk bisa mendengar rintihan suara anak –anak di Palestina....”. (Pidato Ustadz Rahmat Abdullah Allahuyarham, saat aksi damai “SELAMATKAN AL AQSHA”, Ahad, 17/4/2005)

Selanjutnya, marilah kita bacakan Qunut Nazilah dan do’a untuk saudara-saudara kita di Palestina. Kita bantu perjuangan mereka dengan apapun yang kita mampu. Dan berdo’alah, semoga tragedi ini menjadi awal kehancuran Israel (la’natuLlah alayhim) dan jalan bagi kemenangan ummat Islam. Sehingga adzan dapat kembali berkumandang di masjidil Aqsha dan kita dapat menunaikan shalat berjama’ah di sana. Di kiblat pertama ummat Islam. Amiin ...

WaLlahu a’lam bish showwab

Citeureup, 29 Desember 2008

Muhammad Setiawan(murabbiku)

Tegas dalam Aqidah

Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Almasih putera Maryam", Padahal Almasih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.

73. Sesungguhnya kafirlah orang0orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga", Padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa. jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.

Sebelum memulai tulisan ini, saya ingin mengajak kita semua untuk melafalkan sebait do’a. Do’a yang biasa kita baca dalam sehari. Tujuh belas kali banyaknya. Dibaca dalam setiap raka’at sholat kita. Ihdinas shiroothol mustaqiim .... Tunjukkanlah kami jalan yang lurus. Shiroothol ladziina an’amta alayhim, ghayril maghdhuubi ‘alayhim wa ladh dhoolliin ... Jalan orang-orang yang Kau beri nikmat pada mereka, dan bukan jalan orang-orang yang Kau murkai dan bukanlah jalan orang-orang yang tersesat.

Dalam do’a yang rutin kita baca tersebut, kita memohon kepada Allah Ta’ala agar memberikan hidayah (petunjuk) pada kita. Hidayah agar kita senantiasa berada dalam jalan mereka yang dianugerahi ni’mat dari Allah Ta’ala. Mereka yang diberi ni’mat itu dijelaskan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam surat an-Nisaa ayat 69. Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: para Nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.

Para Nabi, shiddiqiin, syuhada dan orang-orang shalih, mereka itulah yang jalan hidupnya lurus. Mereka itulah orang-orang yang ikuti jejak hidupnya. Sebagaimana do’a kita, “Ihdinas shiroothol mustaqiim..”. Sebaliknya, kita memohon kepada Allah Ta’ala agar dipalingkan sejauh-jauhnya dari jalan hidup “al-maghdhuubi alayhim” dan kelompok “adh-dhoollin”. Siapakah kelompok “al-maghdhuubi alayhim” dan “adh-dhoollin” tersebut ? Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam kitab Tafsir-nya (dan juga banyak mufassirin lain) menjelaskan bahwa al-maghdhuubi alayhim adalah orang-orang Yahudi. Sedangkan adh-dhoollin adalah orang-orang Nashrani. Sehingga seharusnya, setiap kali kita melantunkan do’a tersebut, setiap kali itu juga kita menegaskan wala’ (loyalitas/keterikatan) dan baro’ (penghindaran/berlepas diri) kita. Kita hanya loyal kepada kelompok “an’amta alayhim” yang dicintai oleh Allah Ta’ala. Dan kita berlepas diri dan menjauh dari kelompok Yahudi dan Nashrani. Menjauh sejauh-jauhnya. Berlepas diri dari segala cara hidup dan keyakinan mereka.

Fatwa MUI 1981

Adalah sebuah fatwa Majelis Ulama Indonesia yang dikeluarkan pada tahun 1981. Fatwa yang sangat tegas dikeluarkan untuk melindungi aqidah ummat. Fatwa yang hingga hari ini tidak pernah dicabut. Fatwa yang menyebabkan Ketua Umum MUI saat itu, Buya Hamka rahimahuLlahu ta’ala, harus mengundurkan diri. Beliau mengundurkan diri karena terus dipaksa oleh rezim yang berkuasa saat itu untuk mencabut fatwa tersebut. Fatwa itu adalah Fatwa Haramnya Mengikuti Perayaaan Natal Bersama.

Sebagaimana kita ketahui, di masa itu rezim yang berkuasa sangat menggembar-gemborkan pentingnya toleransi antar umat beragama. Saking semangatnya mendorong semangat bertoleransi, hingga jika ada suatu perayaan hari besar agama tertentu, maka semua pegawai negeri dan pejabat diminta untuk hadir mengikuti acara tersebut.

Untuk itulah keluar Fatwa Majelis Ulama, tertanggal 1 Jumadil Awal 1401 / 7 Maret 1981 M. Isinya tegas, “Mengikuti upacara natal bersama bagi ummat Islam hukumnya haram.” Akibatnya, setelah keluar fatwa tersebut, banyak pejabat dan pegawai negeri muslim yang mangkir jika diminta menghadiri acara Natal. Dan itu membuat geram penguasa. Hingga Buya Hamka pun dipanggil oleh Soeharto. Dipaksa untuk mencabut fatwa itu kembali. Namun, beliau bergeming. Bagi Buya Hamka, urusan aqidah adalah urusan prinsip. Yang untuk itu, nyawa pun boleh menjadi taruhannya. Beliau pun mundur dari jabatan Ketua MUI. Dan hingga Buya wafat, Buya tetap bersikukuh dengan fatwa itu. Di masa-masa sulit itu, Buya sampai mengungkapkan, “Ulama hari ini ibarat kue bika. Dari atas ditekan, dari bawah dibakar.”

Inilah fatwa bersejarah, yang hari ini mulai sering dilupakan. Hingga mudah saja para pejabat muslim (bahkan “ulama”) melangkahkan kaki ke perayaan Natal.

Hukum Mengucapkan Selamat Natal

Beberapa tahun yang lalu, terbit sebuah buku yang berisi pendapat kontroversi. Buku berjudul, “Membumikan Al-Qur’an” itu menyebutkan, bahwa boleh saja mengucapkan selamat Natal kepada mereka yang merayakannya. Dalihnya adalah, penafsiran yang ganjil terhadap firman Allah Ta’ala dalam surat Maryam ayat 33. Allah Ta’ala berfirman, “(Berkata Isa alayhissalaam) dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaKu, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali".

Sang penulis buku, menjelaskan penafsirannya. “Tidaklah mengapa mengucapkan selamat Natal kepada kaum Nasrani. Karena hakikat mengucapkan selamat Natal adalah ucapan selamat atas kelahiran Nabi Isa alayhissalam. Bukankah Nabi Isa alayhissalam sendiri mengucapkan salam atas kelahirannya ?”, demikian ungkap sang penulis.

Cara penafsiran seperti ini kemudian dibantah oleh tim Pusat Konsultasi Syari’ah, yang terdiri 14 ahli syariah di negeri ini.

Berikut kutipannya, “ Ucapan salam sejahtera yang ada di dalam ayat itu merupakan ucapan bayi Nabi Isa as untuk menjawab cemoohan dan ejekan orang-orang yang memusuhi Maryam, ibunda Nabi Isa. Sama sekali tidak mengandung hukum tentang sunnah atau masyru’iyah untuk mengucapkan selamat sejahtera pada tiap ulang tahun kelahiran nabi Isa. Bahkan murid-murid nabi Isa (al-Hawariyyun) juga tidak pernah mengucapkan selamat ulang tahun atau selamat hari lahir kepada nabi mereka saat nabi Isa masih hidup. Apalagi setelah beliau diangkat ke langit. Sehingga kalaulah mengucapkan selamat itu menjadi dibolehkan, maka seharusnya para shahabat terdekat nabi Isa yang melakukannya. Tapi kita sama sekali tidak mendapat keterangan tentang itu. Bahkan Nabi Isa sendiri tidak pernah memintanya atau mensyariatkannya. Selain itu sebagaimana yang tertera dalam ayat itu, kalimat itu menunjukkan bahwa salam sejahtera pada kepada nabi Isa. Bukan pada hari kelahirannya dan bukan juga pada setiap ulang tahun kelahirannya. Ini dua hal yang sangat jauh berbeda. Bolehlah kita mengucapkan selamat natal bila bunyi ayatnya seperti ini, “Wahai umat Islam, bila pemeluk kristen merayakan natal, maka ucapkanlah : selamat natal ?” Tapi demi Allah SWT yang Maha Agung dan Maha Benar, tidak ada sama sekali ayat itu dalam Al-Quran Al-Karim, tidak juga dalam Injil, Taurat ataupun Zabur. Ayat Al-Quran Al-Karim itu hanya mengatakan bahwa pada hari lahirnya, meninggal dan dibangkitkan semoga dirinya selamat dan sejahtera. Bunyinya adalah, Salamun Alayya. Semoga aku selamat atau semoga Allah mensejahterakan atau menyelamatkan diriku. Bukan harinya yang sejahtera atau selamat. Dalam tafsir yang lurus disebutkan bahwa kalimat Selamat atasku yang dimaksud pada ayat itu adalah selamat dari gangguan syetan, yaitu pada tiga momentum : pada hari kelahiran, kematian dan kebangkitan kembali. Maksudnya bahwa syetan tidak bisa mengganggu nabi Isa as dan tidak bisa mencelakakannya terutama pada tiga momentum itu. Kalaulah salam itu ditafsirkan sebagai ungkapan atau ucapan salam maka mengirim salam, maka salam itu adalah salam kepada nabi Isa alaihis salam. Dan mengucapkan kepada para nabi dan rasul memang dibenarkan dan disyariatkan dalam syariah islam. Dan sebagai muslim, kita mengakui kenabian Isa as serta posisinya sebagai nabi dan rasul. Untuk itu kita juga disunnahkan untuk mengucapkan salam kepada diri beliau. Namun hal itu jelas jauh berbeda dengan memberi ucapan selamat natal kepada orang kafir. Karena kalangan nasrani itu melakukan kemusyrikan dengan menjadikan nabi Isa sebagai tuhan selain dari Allah SWT. Dan kemusyrikannya itu dirayakan dalam bentuk perayaan natal. Mereka dengan segala keyakinannya mengatakan bahwa pada tanggal 25 Desember itu “TUHAN telah lahir”. Ini adalah kemusyrikan yang nyata dan terang sekali. Dan mengucapkan selamat natal kepada mereka yang sedang merayakan kemusyrikan berarti ikut meredhai dan mendukung kemusyrikan itu sendiri. Karena itu sudah terlalu jelas perbedaannya antara bersalawat kepada nabi Isa sebagai nabi dengan menyembah nabi Isa atau menjadikannya sebagai tuhan. Sehingga hanya mereka yang agak rancu pikirannya saja yang memahami ayat ini sebagai ayat yang memerintahkan kita untuk mengucapkan selamat natal kepada orang kafir.” (Dikutip dari www.syariahonline.com).

Selain itu, mengucapkan selamat Natal kepada pemeluk Nasrani juga merupakan keharaman yang telah disepakati oleh seluruh ulama (ijma’).Hal ini sebagaimana dinukil dari Ibn al-Qayyim rahimahullah di dalam kitabnya “Ahkâm Ahl adz-Dzimmah” (Lihat kitab, Majmû’ Fatâwa Fadlîlah asy-Syaikh Muhammad bin Shâlih al-‘Utsaimîn, Jld.III, h.44-46, No.403)

Berkaca Kepada Dua Uswah.

Dalam al-Qur’an hanya dua orang Nabi dan Rasul yang disematkan kepada keduanya gelar uswah hasanah (suri tauladan yang baik). Nabiyullah pertama, adalah Rasulullah Muhammad shallaLlahu alayhi wa sallam (Q.S. Al-Ahzab ayat 21). Dan yang kedua, adalah Nabiyullah Ibrahim alayhissalaam (Q.S. Al- Mumtahanah ayat 4). Marilah kita perhatikan bagaimana sikap keduanya saat mempertahankan kemurnian Tauhid.

Dengarlah, sikap tegas Ibrahim alayhissalam kepada ayahandanya tercinta dan penduduk negerinya, "Sesungguhnya Kami berlepas diri daripada kamu dan daripada apa yang kamu sembah selain Allah, Kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara Kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.” (Q.S. Al- Mumtahanah ayat 4)

Kenanglah pula sikap tegas Nabi Muhammad shallaLlahu alayhi wa sallam saat beliau diminta untuk meninggalkan da’wah Tauhid ini, dan ditawari tiga hal; kekuasaan, kekayaan dan pengobatan, oleh Utbah Ibn Rabiah, sang negosiator Quraisy. Yang semua tawaran tersebut beliau tolak mentah-mentah (lihat Sirah Ibnu Hisyam, juz 1 hal. 292). Padahal, jika beliau shallaLlahu alayhi wa sallam menerima tawaran-tawaran itu, mungkin saja beliau shallaLlahu alayhi wa sallam bisa tetap berda’wah. Jika beliau shallaLlahu alayhi wa sallam menerima tawaran menjadi penguasa, misalnya, bisa saja setelah berkuasa, beliau shallaLlahu alayhi wa sallam menegakkan prinsip-prinsip Islam dalam pemerintahannya. Atau jika beliau shallaLlahu alayhi wa sallam menerima tawaran harta, bisa saja beliau shallaLlahu alayhi wa sallam mengangkat kehidupan ekonomi masyarakat Arab yang miskin saat itu. Dan setelah mereka sejahtera, Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam bisa berda’wah dengan lebih leluasa.

Namun itu semua tidak beliau shallaLlahu alayhi wa sallam lakukan. Beliau shallaLlahu alayhi wa sallam menolak dengan tegas segala tawaran kompromi terhadap da’wah Tauhid. Beliau shallaLlahu alayhi wa sallam malah menempuh jalan yang panjang dan berliku. Jalan non kompromi terhadap urusan Aqidah. Hingga akhirnya, harus disiksa, diboikot, diteror dan diusir dari negeri sendiri. Menderita hampir lebih dari 13 tahun di Makkah dan 10 tahun di Madinah. Sikap yang diambil ‘ibroh (pelajarannya) oleh Sayyid Quthb rahimahuLlah dalam kitab Ma’alim fi Thoriq (edisi Indonesia: Petunjuk Jalan). Bahwa, agama ini tidak akan tegak jika diawali titik tolak kebangkitannya dari kekuasaan yang harus direngkuh atau kesejahteraan yang harus dikejar. Tetapi ia hanya bisa tegak, jika kalimah Tauhid Laa ilaha IllaLlah bersemayam dalam diri masyarakatnya. (Lihatlah, Bab II dari buku Ma’alim fi Thoriq tentang Wujud Metode Qur’ani)

Untuk itu, marilah kita berkaca kepada para Rasul dan Anbiyaa shallaLlahu alayhim. Jangan korbankan Aqidah kita hanya untuk kepentingan sesaat. Jangan mudah mengucapkan kalimat kekufuran (seperti, ucapan selamat Natal) hanya untuk meraih secuil kekuasaan duniawi. Tegaslah dalam urusan Aqidah. Karena ternyata, Allah subhanahu wa ta’ala hanya memberikan kekuasaan sejati pada kaum yang murni Aqidah-nya.

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. (Syaratnya adalah) mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (Q.S. An-Nuur ayat 55)

Wallahu a’lam bish showwaab

Muhammad Setiawan(murobbiku)


ShoutMix chat widget